1. MANCING DASARAN (Bottom Fishing).
Mengapa disebut “Mancing Dasaran”?.
Karena apa yang dilakukan adalah menempatkan kail yang berisi umpan di dasar
laut
(atau sedikit diatasnya agar tidak tersangkut karang) dengan harapan bahwa ikan
ikan yang berada di dasar laut memakan umpan tersebut.
Ini adalah teknik mancing paling umum dan paling popular dikalangan
pemancing. Ikan yang menjadi target biasanya adalah Kakap Merah,Jenaha, Kurisi,
Kuwe, Krapu, Salem dan beberapa ikan dasar lainnya. Terkadang Tenggiri dan
Barracuda juga dapat dipancing dengan cara ini. Mancing dasar menggunakan joran
standar dan bisa menggunakan reel spinning atau open (overhead) reel) atau
malahan pakai tangan saja (hand line) yaitu cara tradisional.
Ukuran pancing yang digunakan berkisar antara nomor 3/0 sampai 1/0.
Mancing dasar harus menggunakan pemberat (timah atau besi) yang beratnya
tergantung pada kencangnya arus diperairan tersebut. Diperairan kepulauan
Seribu mungkin cukup menggunakan timah yang maksimal 210 gram ( no.7J) beratnya
tapi di sekitar Merak, Anyer dan Muara Binuangeun mungkin harus sampai 420 gram
beratnya (No.14J).
2. NGONCER.
Ngoncer adalah mancing dengan menggunakan ikan hidup (LIVE BAIT) sebagai umpan.
Teknik ini sedikit unik dan tanpa menggunakan timah/ pemberat. Kenur utama
dipasang kili-kili peniti (snaps wivel), kemudian disambungkan dengan mata kail
dengan kawat nikelin sepanjang 10.cm.
Umpan yang digunakan mutlak umpan hidup seperti : selar, tembang, layang,
como, kembung, sangir, bahkan baby barracuda (alu-alu). Umpan hidup dibiarkan
berenang menjauhi kapal, menuju lokasi yang paling akurat (tohor), sambil
menunggu ikan pamangsa, seperti Tenggiri dan Barracuda menyambar umpan hidup
tadi. Terkadang digunakan pula balon, yang berguna agar ikan tidak berenang ke
bawah, sehingga ikan selalu berada di permukaan (1-2m dari permukaan) .
Tehnik ini yang sangat efisien dan efektif untuk mancing tenggiri di Kep.
Seribu dan mancing ikan permukaan di perairan sekitar Muara Binuangeun. Banyak
pemancing sangat menggandrunginya.
3. TROLLING (Tonda).
Teknik memancing yang disebut ”trolling” ini harus menggunakan reel khusus
(Open Reel) yang cukup kuat dan joran khusus yang umumnya hanya terdiri dari 1
batang dan harus ditarik kapal dengan
kecepatan 5-7 knot.
Trolling biasanya menggunakan umpan buatan yang dibuat dari fiber glass,
kayu atau plastik.
Umpan palsu yang paling populer adalah yang disebut Rapala untuk memancing ikan ikan seperti Tenggiri dan Wahoo.
Ada jenis umpan palsu lain yang disebut Konahead yang berbentuk seperti
cumi besar dengan rambut berurai tapi berwarna menyolok untuk mancing ikan ikan
sejenis Marlin, Layaran dan Lemadang.
Jarak umpan dari kapal sekitar 20-100m tergantung dari ukuran umpannya. Cara
ini sangat populer digunakan di perairan sekitar Binuangeun dan Ujungkulon dan
kadang-kadang juga digunakan di daerah Kep. Seribu atau di Selat Sunda bagian
utara walaupun jarang sekali berhasil karena sudah tidak banyak ikan pelagis
diatas 10 kg.
Untuk trolling dengan target ikan pelagis berukuran sedang sampai kecil
misalnya di danau, muara atau rawa bakau (mangrove) sebenarnya kita tidak perlu
menggunakan joran dan reel trolling khusus. Cukup menggunakan joran dan reel
yang biasa digunakan untuk jigging karena biasanya lebih kuat dari joran dan
reel yang digunakan untuk mancing dasaran.
4. CASTING,
Biasanya dilakukan dari pinggiran laut, seperti dermaga, batuan, pantai, bahkan
diatas kapal yang sedang berhenti / jalan dengan pelan. Joran yang digunakan
adalah joran khusus yang bersifat lentur (tidak kaku) dan panjangnya antara 150
sampai 172 cm cm karena berbeda dengan Popping (lihat teknik nomor lontaran
umpan biasanya tidak perlu terlalu jauh (antara 20 sampai 30 m).
Reel yang digunakan bisa spinning bisa juga reel khusus (baitcasting).
Umpan yang digunakan biasanya umpan tiruan (lure) yang berbentuk ikan ikanan,
serangga atau binatang laut lain dengan berat sekitar 7 sampai 20 gram. Caranya
adalah umpan dilempar sejauh mungkin, kemudian reel digulung dengan cepat. Hal
ini harus dilakukan terus menerus sampai ikan menyambar atau sampai pemancing
merasa lelah dan menyerah. Oleh karena itu cara mancing seperti ini termasuk
Popping dan Jigging (lihat nomor 7 dan 8 ) dikategorikan sebagai Sportfishing
yaitu mancing sambil ber olah-raga!
5. SURF CASTING.
Teknik mancing ini dilakukan dari pantai dengan menggunakan joran yang
panjangnya kira-kira 4m dan biasanya terdiri dari 3 pieces (potong) yang harus
disambung jadi satu.
Jorannya hampir seperti joran spinning atau popping biasa hanya jauh lebih
panjang. Pemancing juga harus menggunakan reel yang berukuran cukup besar
(biasanya model spinning kelas 4000 keatas).
Walaupun teknik dasarnya hampir sama dengan casting yaitu melontarkan umpan
sejauh jauhnya tetapi dalam Surf Casting, umpan yang di lontarkan justru
dibiarkan mendarat dan tinggal di tempat dia jatuh.
Oleh karena itu teknik mancing ini harus menggunakan timah pemberat untuk
menahan agar umpan tidak bergerak kesana kemari dibawa ombak. Umpan yang
digunakan juga bukanlah umpan palsu (tiruan) tetapi biasanya irisan ikan,
cacing laut atau kerang-kerang yang ditemukan dipesisir.
Pelontaran umpan tidak dilakukan secara sembarangan tetapi harus ditujukan
ke cekukan cekukan/celuk yang diperkirakan ada ikan. Selain daripada itu surf
casting biasanya dilakukan pada waktu pasang naik karena pada saat itulah ikan
ikan mendekati pantai untuk mencari makanan. Selain dipantai, teknik surf
casting juga bisa dilakukan di muara sungai, juga pada saat laut pasang!
6. ROCK CASTING.
Teknik mancing ini hampir sama dengan teknik Surf Casting dan menggunakan
peralatan yang hampir sama tetapi dilakukan dari atas batu karang (rock) atau
pinggir laut yang curam.
Teknik dasarnya juga sama yaitu melontarkan umpan sejauh jauhnya dan umpan
yang di lontarkan dibiarkan mendarat dan tinggal di tempat dia jatuh. Oleh
karena itu teknik mancing ini harus menggunakan timah pemberat untuk menahan
agar umpan tidak bergerak kesana kemari dibawa ombak.
Umpan yang digunakan juga bukanlah umpan palsu (tiruan) tetapi biasanya
irisan ikan, cacing laut atau kerang-kerang yang ditemukan dipesisir. Seperti
dalam Surf Casting, pemancing biasanya tidak memegangi jorannya terus menerus
tetapi menempatkannya disuatu tempat atau pada penyangga yang kokoh dan
mengamati dari kejauhan sampai umpannya disambar ikan. Memancing dengan teknik
Rock Casting sebenarnya sangat berbahaya karena pemancing harus memanjat tebing
dan mencari spot diatas permukaan batu karang yang tingginya dari permukaan
laut antara 2 m sampai 20 m. Yang hanya 4 m dari permukaan laut dapat tiba tiba
dikelilingi air laut dan terpisah dari daratan pada saat pasang naik. Lokasi
yang sangat tinggi juga sangat berbahaya karena ada bahaya terjatuh kedalam
laut.
Oleh karena itu teknik ini biasnya hanya dilakukan oleh pemancing yang suka
mencari petualangan. Para ahli menasihatkan agar mereka yang senang ”Rock
Casting” selalu melakukannya bersama teman agar bisa saling menolong.
7. JIGGING
Menurut para ahli, Jigging sebagai salah satu teknik mancing bukanlah sesuatu
teknik yang baru muncul. Nelayan dari beberapa negara sejak ribuan tahun lalu
telah mencoba ”menipu” ikan dengan menggunakan umpan palsu yang dibuat dari
timah atau logam lain berbentuk ikan kecil yang dicemplungkan ke dasar laut
lalu kemudian ditarik dengan cepat keatas.
Pada saat ini, spot yang paling populer untuk teknik Jigging bagi para
pemancing Jabodetabek, Jawa Barat dan Banten adalah di perairan Muara
Binuangeun sekitar Pulau Deli dan di Sea Mount Reef yang lokasinya antara
Lampung Barat dengan Ujung Kulon. Jigging biasnya dilakukan pada spot yang
terdiri dari terumbu karang atau tubiran dengan kedalaman antara 50 sampai 100
m. Jig yang digunakan biasanya adalah yang memiliki berat minimal 100 gram agar
terjun dengan cepat menuju dasar laut.
Beberapa pemancing menggunakan jig yang beratnya mencapai 250 atau 400 gram
tergantung jenis ikan yang menjadi sasaran. Memancing dengan teknik Jigging
memerlukan peralatan yang berbeda dari teknik Popping atau Casting. Joran yang
digunakan cenderung lebih kaku dan pendek (antara 150 sampai 170 cm), agak
lebih kaku dari joran untuk mancing Dasaran.
Joran untuk jigging hampir mirip dengan joran Trolling tetapi lebih kecil
ukurannya dan terdiri dari 2 sambungan yang sambungannya berada diujung pangkal
joran (butt). Reelnya juga harus lebih kokoh dibandingkan dengan reel untuk
popping walaupun pada dasarnya bisa ditukar-tukar. Seperti telah disebutkan
diawal sewaktu Jigging, jig tidak diayunkan ke spot yang dijadikan target
tetapi dicemplungkan dan dibiarkan meluncur ke dasar laut secepat mungkin
kemudian segera menggulung reel dengan cepat sambil sesekali disentak sentak.
Cara tersebut dilakukan agar umpan tiruan tersebut bergerak mirip ikan
umpan alami tetapi berenang menuju keatas sehingga ikan sasaran mau
menyambarnya. Jigging biasanya dilakukan dari kapal/perahu yang lego jangkar
dan berdiam ditempat. Bila terjadi strike, jig biasanya tiba tiba terasa berat
dan ada yang menarik sehingga harus segera dilakukan ”fight” agar ikan tersebut
tidak bisa menyelam dan bersembunyi didalam karang. Seperti juga dalam Popping,
tantangan utama dalam jigging adalah justru mempertahankan agar ikan yang
menyambar jig tidak bisa lari dan bersembunyi dibalik karang.
Bila ini terjadi maka yang biasanya terjadi adalah jig terpaksa
diputuskan/dikorbankan. Istilah para pemancing Indonesia adalah menjadi sesajen
untuk laut selatan (bila terjadinya di Binuangeun).
8. POPPING.
Teknik Popping pada dasarnya termasuk dalam kelompok Casting. Tetapi teknik
Popping menggunakan joran (rod) yang cukup panjang, antara 180 sampai 210 cm
dan terdiri dari 2 pieces yang disambung dengan cincin (guide) berukuran besar
agar kenur dapat meluncur dengan cpat dan digulung kembali dengan lancar.
Joran yang lebih panjang akan menghasilkan pelontaran umpan yang lebih
jauh. Reel yang digunakan biasanya kelas 6000 keatas dan kenurnya adalah benang
PE (Braided) kelas 5 (50 lbs) sampai 8 (80 lbs). Sesuai dengan sebutannya,
teknik popping khusus menggunakan ”lure” (umpan buatan) yang disebut Popper
yang biasanya berukuran besar dengan berat antara 80 sampai 100 gram.
Umpan buatan yang dipakai terdiri dari 2 jenis. Yang pertama disebut
”Chugger” yang kepalanya rata dan memiliki cekukan seperti mangkok. Chugger ini
bila disentak sewaktu mengapung akan menimbulkan bunyi ”pop, pop, pop” karena
kepalanya menabrak air. Itulah sebabnya ia disebut ”popper”. Jenis yang satu
lagi disebut ”Pencil” karena kepalanya ”tajam” dan pensil ini tidak disentak
sentak tetapi hanya ditarik terus.
Teknik Popping hampir sama dengan Casting yaitu mengayunkan umpan tiruan ke
spot yang dijadikan target kemudian menggulung reel dengan cepat. Setiap
setelah beberapa putaran popper disentak (bila umpannya Chugger) lalu
menggulungnya lagi. Cara tersebut dilakukan agar umpan tiruan tersebut bergerak
mirip ikan umpan alami, sehingga ikan sasaran mau menyambarnya.
Perbedaan utama antara Popping dengan Casting adalah bahwa Popping biasanya
dilakukan dari kapal/perahu yang ”stand bye”. Artinya mesin kapal tetap hidup
dan jangkar tidak diturnkan agar kapal bisa segera mundur bila telah terlalu
dekat ke karang atau bila umpan disambar ikan target agar ikan tersebut tidak
bisa menyelam dan bersembunyi didalam karang. Teknik ”popping” sangat populer
di perairan Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur (sekitar Pulau Komodo) dan
banyak dilakukan oleh orang asing, seperti Jepang, Korea dan juga Indonesia.
Popping sekarang sangat populer dikalangan pemancing hobbyist Indonesia
terutama untuk memancing Tuna pada waktu musimnya dan GT (Grand Trevally/Kuwe
Gerong) yang bisa dilakukan kapan saja asal di spot yang tepat.
Spot yang paling populer untuk pemancing Jabodetabek dan Banten saat ini
adalah di sekitar Karang Tungku Tiga dan Batu Mandi sekitar Pulau Sanghyang,
Tanjung Tua dan Karang Krekah dekat Bakauhuni, di Karang Jajar dan sekitar
Pulau Panaitan, Ujungkulon. Semua spot ini berada di wilayah perairan Selat
Sunda. Gerombolan ikan Tuna sirip kuning biasanya muncul sekitar bulan
Maret-April di perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi.
9. Mancing GARONG.
Cara mancing ini secara popular diplesetkan dengan sebutan “ngegarong” karena menggunakan sejenis kail yang bermata 6 (enam)
berbentuk seperti matahari yang disebut pancing “GARONG”. Uniknya, seringkali
(atau lebih sering) ikan yang digarong tertangkap bukan karena pancing nyangkut
di mulutnya tetapi nyangkut di insang, di pipi, pundak, perut, buntut, dsb.
Mancing garong ini biasanya menggunakan joran TEGEK yaitu joran tanpa
kolong-kolong (cincin/guide) yang panjangnya antara 4 m sampai 6 meter dan
“teleskopik” (joran antena). Mancing cara “garong” ini harus menggunakan
pelampung kecil yang dibuat dari kayu ringan dan biasanya berbentuk seperti
“piring terbang”. Jarak antara pelampung dengan pancing garongnya hanya
berkisar sekitar 50 cm sampai 100 cm sedangkan seluruh panjang kenur dari ujung
joran sampai mata pancing hanya 2 sampai 3 m.
Mancing ini umumnya menggunakan umpan lumut laut yang banyak tersedia di
bebatuan di pantai. Kadang kadang orang menggunakan nasi atau kue. Umpan
tersebut tidak ditempelkan di pancing tetapi dijepit oleh kenur kira kira 1 - 2
cm diatas pancing. Target yang utama adalah ikan Baronang, Botana, dan
terkadang juga ikan Kakak Tua.
Tehnik ini murah tetapi sangat unik, eksentrik dan sebenarnya sangat sulit.
Mancing “garong” tidak memerlukan perahu atau kapal karena dilakukan dari
pinggiran seperti dermaga, batu batu (beton) pemecah ombak, atau jembatan di
sekitar pantai. Oleh karena itu, teknik mancing yang satu ini dianggap yang
paling murah biayanya dan banyak orang sangat menikmatinya dan benar-benar
ketagihan